Penelitian mikroba endofit pertama kali dilaporkan oleh Darnel dkk. pada tahun 1904. Sejak itu, definisi mikroba endofit telah disepakati sebagai jamur atau bakteri yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang sehat pada tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman (pada xylem dan phloem), daun, akar, batang, dan batang pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya.
Hampir di dalam semua jaringan tanaman yang sehat, ada banyak mikroba endofit. Mikroba endofit sangat sinergistik dengan inang mereka dan sebagian dari endofit mampu membuat kembali nutrisi dari tanaman dengan cara menghasilkan senyawa khusus, seperti metabolisme sekunder, untuk melindungi inangnya dari serangan jamur dan hama. Mikroba endofit dapat
bersimbiosis dengan makhluk hidup lain, dengan dasar saling menguntungkan. Dalam hal ini, mikroba endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman melawan herbivora,serangga, atau jaringan yang patogen. Sedangkan tanaman mendapatkan derivate nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya.
Jamur endofit mempunyai arti ekonomis karena merupakan sumber yang kaya untuk mendapatkan bahan bioaktif dan senyawa bermanfaat. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa jamur endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit . Beberapa jamur endofit memiliki kemampuan aktivitas antimikroba yang mungkin dilibatkan dalam suatu hubungan simbiosis dengan tumbuhan inangnya. Beberapa jamur endofit tertentu diduga dapat meningkatkan proses pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi tumbuhan inang dari serangan hama tertentu.
Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Dari sekitar 270.000 jenis tanaman yang tersebar di planet ini , masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur. Sehingga apabila endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan alkaloid atau metabolit sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang lebih tinggi, maka tidak perlu menebang tanaman aslinya untuk diambil sebagai simplisia, yang kemungkinan besar memerlukan puluhan tahun untuk dapat dipanen. Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya. Banyak dari senyawa yang telah diekstrak dari jamur endofit ini bersifat bioaktif, meliputi alkaloid, steroid, terpenoid, peptida, poliketon, flavonoid dan fenol.
Sumber: Hampir di dalam semua jaringan tanaman yang sehat, ada banyak mikroba endofit. Mikroba endofit sangat sinergistik dengan inang mereka dan sebagian dari endofit mampu membuat kembali nutrisi dari tanaman dengan cara menghasilkan senyawa khusus, seperti metabolisme sekunder, untuk melindungi inangnya dari serangan jamur dan hama. Mikroba endofit dapat
bersimbiosis dengan makhluk hidup lain, dengan dasar saling menguntungkan. Dalam hal ini, mikroba endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanaman melawan herbivora,serangga, atau jaringan yang patogen. Sedangkan tanaman mendapatkan derivate nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya.
Jamur endofit mempunyai arti ekonomis karena merupakan sumber yang kaya untuk mendapatkan bahan bioaktif dan senyawa bermanfaat. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa jamur endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit . Beberapa jamur endofit memiliki kemampuan aktivitas antimikroba yang mungkin dilibatkan dalam suatu hubungan simbiosis dengan tumbuhan inangnya. Beberapa jamur endofit tertentu diduga dapat meningkatkan proses pertumbuhan dan kemampuan beradaptasi tumbuhan inang dari serangan hama tertentu.
Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Dari sekitar 270.000 jenis tanaman yang tersebar di planet ini , masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur. Sehingga apabila endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan alkaloid atau metabolit sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang lebih tinggi, maka tidak perlu menebang tanaman aslinya untuk diambil sebagai simplisia, yang kemungkinan besar memerlukan puluhan tahun untuk dapat dipanen. Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi oleh mikroba endofit tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya. Banyak dari senyawa yang telah diekstrak dari jamur endofit ini bersifat bioaktif, meliputi alkaloid, steroid, terpenoid, peptida, poliketon, flavonoid dan fenol.
Gong, L.J., dan Guo, S.X. 2009. Endophytic Fungi from Dracaena cambodiana and Aquilaria sinensis and Their Antimicrobial Activity. African Journal of Biotechnology. 8 (5). 731-736.
Hundley, N.J., 2005. Structure Elucidation of Bioactive Compounds Isolated From Endophytes of Alstonia scholaris and Acmena graveolens. Thesis. Department of Chemistry and Biochemistry Brigham Young University.
Kumar, D.S., dan Hyde, K.D. 2004. Biodiversity and Tissue-recurrence of Endophytic Fungi in Tripterygium wilfordii. Fungal Diversity. 17. 69-90.
Liu, C., Liu, T., Yuan, F., dan Gu, Y. 2010. Isolating Endophytic Fungi from Evergreen Plants and Determining Their Antifungal Activities. African Journal of Microbiology Research. 4(21) . 2243-2248.
Radji, M. 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan Obat Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. II (3). 113 – 126.
Smith, S.A., Eisenman, K., Nunez, P.V., dan Strobel G.A. 2008. Bioactive Endophytes Warrant Intensified Exploration and Conservation . Plos One | www.plosone.org. Volume 3 Issue e3052.
Strobel, G. A., dan Daisy, B. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products. American Society for Microbiology.. 67. 491–502.
Tan, R.X., dan Zou, W.X. 2001. Endophytes: A Rich Source of Functional Metabolites. Nat. Prod. Rep. 18. 448–459.
Tanaka, M et al. 1999. Isolation, Screening and Phylogenetic Identification of Endophytes from Plants in Hokaido Japan and Java Indonesia. Microbes and Environment. 14(4). 237-241.
Tolong kasi ciri tumbuhan yang memiliki mikroba endofit dong...
15 Agustus 2018 pukul 12.01
Posting Komentar